fbpx

DPP PPNI Mengedukasi Pengelolaan SDM Keperawatan & Utamakan Faktor Keselamatan

DPP PPNI Sampaikan Ucapan Dalam Rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1442 H
29 Oktober 2020
DPP PPNI Apresiasi & Berterima Kasih Atas Penyelenggaraan Doa Perawat Jambi Untuk Negeri
2 November 2020
Show all

DPP PPNI Mengedukasi Pengelolaan SDM Keperawatan & Utamakan Faktor Keselamatan

Wartaperawat.com – Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) tetap konsisten menyajikan edukasi maupun berbagi pengalaman berkaitan dengan keselamatan bagi anggota perawat dan kliennya secara virtual.

Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Tim Penanganan Covid-19 DPP PPNI, disaat bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober, menggelar Zoominar dengan mengangkat tema Pengelolaan SDM Keperawatan Di Masa Pandemi Covid-19.

Dipandu moderator Ati Suryamediawati yang juga selaku Ketua DPP PPNI Bidang Pelayanan, dengan melibatkan 2 narasumber berpengalaman dari RSUP Persahabatan Jakarta, yaitu Satinah dan Dedeh Komalawati.

“Sekarang kita perlu juga mendergarkan sekali bagaimana teman-teman kita yang bertugas di Rumah Sakit yang menjadi rujukan utama Covid-19,” terang Harif Fadhillah saat menjadi Keynote Speaker dalam pengantarnya pada Daily Zoominar DPP PPNI episode ke-144, Rabu (28/10/2020).

Menurutnya, menghadirkan narasumber tersebut dikarenakan dari indikator yang didapatkan berkaitan dengan hal safety atau keselamatan, baik itu keselamatan pasien maupun tenaga kesehatan.

Berdasarkan data yang dikumpulkan dan analisanya, Harif Fadhillah menyampaikan melalui tayangan slidenya berkaitan penyebab gugurnya para perawat dari berbagai aspek.

“Kita sudah evaluasi terhadap gugurnya perawat saat di angka 92 perawat yang wafat, dan saat ini sudah 103 orang perawat yang wafat,” terangnya.

Menurutnya, berdasarkan data dari evaluasi 92 perawat yang gugur, yaitu dari sisi asal pendidikan yang gugur adalah sebanyak 63% diploma. Sementara asal instansinya ada 65% di RS, yang bekerja di RS pemerintah 26% dan swasta 39%, sehingga RS itu menjadi tempat yang sangat rentan penyebaran Covid-19 bagi tenaga kesehatan.

Dikatakannya, perawat yang gugur berdasarkan tempat bekerjanya di RS, ada 70% bekerja di rawat inap dan sisanya di tempat lainnya (IGD, ICU, poliklinik, dll).

Untuk perawat yang gugur dalam kategori jenis kelamin, berdasarkan data ada 40% laki-laki dan 60% perempuan, diungkapkan Harif Fadhillah, ternyata laki-laki lebih banyak dari wanita, bila hal tersebut dilihat berdasarkan rasio perbandingan, yang mana rasionya lebih besar perempuan dari pada laki-laki.

Ditambahkannya, berdasarkan kategori usia perawat yang gugur tertinggi adalah range usia 41-50 th adalah 40%, dan untuk range usia 51-60 th ada 21%.

Dijelaskannya, perawat yang gugur disebabkan merawat pasien Covid-19 ada 91%, hal ini menurutnya rentan sekali penyebarannya bagi perawat yang merawat pasien terpapar Covid-19. Selanjutnya perawat yang terpapar Covid-19 itu, ada 77% yang dinyatakan tidak ada penyakit penyertanya saat mereka gugur.

Berdasarkan data-data tersebut, menurutnya menjadi fenomena yang perlu dijadikan bahan dalam rangka pengeloaan SDM.

Disamping itu, pihaknya perlu mengkomfirmasi ulang terhadap gugurnya perawat, namun tentunya akan terkendala dengan tidak adanya akses utama pada medical record.

Diungkapkannya pula, ada beberapa fakta yang dijadikan bahan pembicaraan sehubungan dengan sedikit sekali angka meninggalnya perawat yang bekerja pada RS rujukan utama, jika dibandingkan dengan RS lainnya.

Dalam hal tersebut berdasarkan analisanya, berarti perlu sekali bagaimana penggelolaan SDM dan upaya pencegahan yang telah diterapkan RS rujukan utama dalam merawat pasien Covid-19, namun minimnya yang terinfeksi.

“Hampir seluruh ruangan, semuanya terkait penanganan Covid di RS rujukan utama, tetapi angka inspeksinya atau angka mortalitas nakes di RS itu rendah, sehingga kita perlu belajar dalam hal ini,” tegas Harif Fadhillah.

“Oleh karena itu materi kali ini sangat penting sekali, dan terima kasih kepada panitia yang memberikan kesempatan untuk kita belajar bersama,” lanjutnya.

Disamping itu, disampaikannya perlu untuk mendapatkan pengalaman dari kedua narasumber dikarenakan dalam masa disruption sekarang ini, artinya sesuatu situasi perubahan yang cepat, mendadak dan fenomenal dari kegiatan yang biasa rutin dilakukan yang disebabkan adanya pandemi saat ini.

“Semua bisa berubah, dalam kontek menyesuaikan dengan pandemi ini, yaitu adaptasi kebiasaan normal termasuk itu pelayanan keperawatan dan manajemen atau pengelolaan dari SDM. Saya kira dapat dimulai dari rekruitmen, diklat, perencanaan ketenagaan, maupun penilaian kinerja,” ucap Harif Fadhillah.

Dijelaskannya, pada penilaian kinerja di masa pandemi ini menurutnya bukan hanya pada performa keterampilan maupun keahlian seseorang saja, tapi harus juga menjadi penilaian kerja, hal ini harus pula diterapkan bagi seseorang perawat itu dalam hal keselamatan, baik untuk klien maupun dirinya perawat dan hal ini pula harus menjadi faktor kinerja.

Dalam pengertiannya, bahwa sasaran keselamatan pasien yang ada enam tersebut dapat dijadikan salah satu indikator kinerja dalam masa pandemi, dikarenakan fokus pada safety atau keselamatan, baik itu keselamatan klien dan petugas kesehatan.

Pada materi lainnya, diterangkannya pula adanya materi yang berkaitan bagaimana tehnik dan kiat-kiat untuk mencegah sejawat perawat agar tidak terpapar atau bahkan menjadi sumber paparan bagi yang lainnya.

Di kesempatan Daily Zoominar kali ini yang bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah menyampaikan pesan moral kepada insan perawat dimanapun berada.

“Mari satukan pemuda dan pemudi perawat Indonesia untuk mengabdi kepada rakyat menuju Indonesia sehat,” tutur Harif Fadhillah, sebagai taglinenya dan merupakan pesan moral pada kita semua. (IM)

 

Sumber foto : Screenshoot Bapena PPNI

 

 

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: