fbpx

Mengawali Tahun 2021, DPP PPNI Edukasikan Atraumatic Care & Teknik Distraksi

Pemerintah Indonesia Mendatangkan Kembali 1,8 Juta Vaksin Covid-19
4 Januari 2021
DPP PPNI Mengedukasikan Penerapan Askep Berbasis 3 S
6 Januari 2021
Show all

Mengawali Tahun 2021, DPP PPNI Edukasikan Atraumatic Care & Teknik Distraksi

Wartaperawat.com – Mengawali tahun baru 2021, Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) selalu konsisten menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anggotanya melalui Daily Zoominar DPP PPNI.

Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Tim Penanganan Covid-19 DPP PPNI (Satgas Covid-19) menyajikan Zoominar episode ke 188, mengangkat tema Atraumatic Care & Teknik Distraksi Pada Anak Dengan Covid-19.

Dengan melibatkan narasumber Imelda Yanti dan Nurhidayatun dari RSUP Fatmawati Jakarta, serta dipandu oleh moderator Yeti Resnayati, yang merupakan Sekretaris II DPP PPNI.

“Kita sudah memasuki Zoominar yang ke 188, semoga serinya naik terus tetapi jumlah kematian akibat Covid-19 di negara kita, dan khususnya kematian perawat akibat covid-19 juga tidak terlalu banyak bertambah, kalau bisa stop,” ungkap Masfuri saat menyampaikan pengarahan pada Daily Zoominar DPP PPNI ke 188 melalui kanal Youtube Bapena PPNI, Senin (4/1/2021).

Ketua DPP PPNI Bidang Hubungan Kerjasama Luar Negeri ini menerangkan berdasarkan data yang ada, bahwa terjadi peningkatan dalam 10 hari terakhir, dimana sudah ada 10 rekan perawat yang gugur dalam menangani Covid-19, selain tenaga kesehatan di Indonesia termasuk kategori terbanyak yang gugur di wilayah Asia.

“Semoga rekan kita tidak ada yang gugur lagi dan sejawat disana tetap patuhi protokol Covid-19, walaupun sejawat perawat tidak berdinas khusus di ruang Covid-19,” kata Masfuri.

Menurutnya, kalau melihat data-data kematian yang terpapar maupun terkomfirmasi adalah yang banyak bertugas di Rumah Sakit, sedangkan di Puskesmas dan lainnya sedikit stabil hanya 9-10 perawat hingga hari ini. Sementara belum satu bulan sudah ada penambahan 10 perawat yang gugur di RS, sehingga total kematian mencapai 178 perawat, yang terlaporkan sudah positif Covid-19.

“Mohon semuanya, walaupun bukan berada di area Covid-19, kehati-hatiannya harus tetap sama pentingnya. APD pada level 1,2,3 sudah tidak cukup lagi, tetapi yang cukup seharusnya sejawat harus waspada walaupun tanpa APD, namun tetap menggunakan protokol kesehatan dan harus diwaspadai, mestinya yang sudah baik menjadi lebih baik lagi,” sebut Masfuri.

Diungkapkannya, tema Zoominar kali ini merupakan hal yang luar biasa, jadi perawatan anak ini memang benar-benar perawat yang memang harus seperti merawat anaknya sendiri. Dengan melalui pendekatan anak, dan orang yang benar-benar menjiwainya, serta bagaimana melakukan tindakan atraumatic care.

Sementara bagi profesi lain, diterangkannya bahwa profesi lain melakukan pendekatan biomedik, tetapi pada postmodern mereka (profesi lain) tidak lagi hanya mengandalkan ilmu biomedik tetapi mereka menggunakan infomedik.

Dijelaskannya, adanya perbedaan biomedik dengan infomedik, yaitu kalau biomedik lebih kepada hal-hal yang sifatnya penyakit jadi sifatnya fatosifologi, tetapi kalau infomedik, mereka menggunakan pendekatan holistik seperti tenaga keperawatan, yaitu menggunakan biopsikososial spiritual kultural yang diterapkan pada aspek-aspek asuhan mereka.

“Manakalah jika mereka memandang ini sebagai postmodern dari asuhan yang mereka kerjakan, bagi kita yang namanya biopsikososial spiritual adalah basicnya,” ucapnya.

Ditambahkannya, bagi rekan-rekan yang kurang percaya diri, dan bagaimana pendekatan-pendekatan itu dapat menumbuhkan kecintaan atau kesembuhan, maka belajarlah nanti dengan kedua narasumber, serta bagaimana sebagian dari terapi ini juga adalah merupakan dalam terapi non farmakologi yang luar biasa, ampuh dan dahsyat.

Dikesempatan ini, Masfuri menceritakan pengalamannya atas traumatik yang dialami anaknya, seperti cara menyuntik yang membuat trauma terhadap anaknya di salah satu rumah sakit. Pada akhirnya, dirinya mencari tempat alternatif lain, yang dapat melakukan pendekatan kepadanya, termasuk kepada anaknya yang masih kecil, sehingga dapat merasakan manfaat dari pendekatan tersebut.

“Jadi beliau-beliau (perawat profesional) amat sangat canggih dalam melakukan distraksi, sehingga cara pengambilan sample darah tidak disadari oleh anak saya yang masih batita,” tuturnya.

Sejawat perawat diharapkan Masfuri juga nantinya dapat belajar teknik yang baik dalam melakukan hal itu semua, jika manakalah dapat dilakukan semuanya. Hal ini menurutnya menjadi peluang amal, juga peluang penghasilan dan nama baik profesi perawat maupun diri kita sendiri.

“Ini menjadi hal yang penting untuk dipelajari, agar anak-anak tidak menjadi trauma saat akan diambil sampel darah dan sebagainya, namun sebalinya membuat anak jika ketemu sejawat perawat tidak traumatik, dan membuat dia (anak-anak) menjadi sumringah,” harap Masfuri.

Dikatakannya, kedua narasumber dapat mensharing pengalamannya, dan diharapkan dapat merubah hal atau respon yang kurang baik menjadi baik termasuk hal-hal yang lainnya dari berbagai tanggapan anak-anak, sehingga diharapkan anak-anak akan sangat dekat terhadap tenaga perawat.

“Semoga perawat Indonesia dapat meniru perawat di beberapa negara maju dalam hal dominan melakukan pelayanan di area tertentu, sehingga kami berharap untuk di kawasan anak atau area anak adalah juga tenaga perawat yang melakukannya,” pungkasnya. (IM)

 

Sumber foto : Screenshot Youtube Bapena PPNI

 

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: