fbpx

Informasi Penggunaan Thermogun Merusak Otak, Statement Yang Salah

Jelang Pilkada, Kemenkes & Bawaslu Sepakat Kerjasama Dalam Pemeriksaan Kesehatan
22 Juli 2020
Kemenkes Salurkan Kembali Santunan Kematian & Insentif Nakes Di Jawa Tengah
24 Juli 2020
Show all

Informasi Penggunaan Thermogun Merusak Otak, Statement Yang Salah

Wartaperawat.com – Tanggapan masyarakat atas penggunaan therma gun yang dapat membahayakan tubuh manusia mendapat respon dari pihak terkait.

Sementara Thermo gun adalah salah satu alat yang digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh dan meminimalisir penyebaran COVID-29. Belakangan, beredar bahwa alat tersebut berpotensi merusak sel-sel otak dan retina manusia. Apakah itu benar? Yuk cek faktanya.

Untuk diketahui, ada 2 jenis thermogun yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia yakni thermogun medis dan thermogun industri.

Thermogun medis, dilengkapi dengan sensor inframerah yang bisa mengukur suhu seseorang dengan cepat tanpa melakukan kontak dekat. Dengan komponen tersebut, thermogun jenis ini tidak membahayakan dan tidak merusak sel otak.

“Tidak menggunakan sinar laser, radioaktif semacam X-ray, hanya (menggunakan) infrared. Berbagai informasi mengatakan thermal gun merusak otak ini adalah statement yang salah,” disampaikan Jubir Penanganan COVID-19 dr. Achmad Yurianto di Gedung BNPB, Jakarta, Senin (20/7/2020).

Thermo gun bekerja secara pasif dan hanya mengukur permukaan tubuh saja seperti dahi. Tubuh manusialah yang memancarkan radiasi inframerah, kemudian diserap oleh pistol termometer, lalu suhu tubuh diinterpretasikan dalam bentuk nilai numerik yang tampil pada layar.

Agar tidak salah, dalam membaca angka numerik, penggunaan thermogun medis harus benar. Termogun inframerah harus dikalibrasi dan disertifikasi untuk menetapkan fungsionalitas, keakuratan, serta meminimalkan kesalahan diagnosis saat skrining.

Sementara itu, thermo gun industri dapat mengukur panas yang sangat tinggi dengan menggunakan sinar laser. Thermogun jenis ini, biasanya digunakan untuk keperluan industri dan lingkungan. Bukan diperuntukkan bagi suhu tubuh manusia.

Kendati memiliki kesamaan untuk mengukur suhu, namun keduanya memiliki tingkat jangkauan yang berbeda. Thermogun klinik dapat membaca suhu antara 32 hingga 42,5 derajat Celcius, sementara thermogun industri membaca suhu mulai dari -50 hingga +380 derajat Celcius.

Hingga kini belum ada laporan penggunaan thermogun infrared yang dapat merusak sel otak. Untuk itu, Yuri menekankan agar masyarakat jangan terpengaruh terhadap isu bahwa thermogun berisi pancaran radioaktif yang dapat merusak struktur otak manusia.

“Mari kita sikapi semua persoalan yang ada dengan baik, agar setiap orang menyampaikan informasi dengan bijak dan benar, sehingga tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat ,” jelas dr. Achmad. (IM)

 

Sumber : Berita dan foto dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI

 

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: