fbpx

Hipertensi Penyebab Kematian, Ini Upaya dan Cara Pencegahannya.

Disaat Bulan Puasa, DPD PPNI Kota Bandung Lantik 2 DPK
20 Mei 2019
Indonesia Ungkapkan Prestasi Yankes Pada Pertemuan WHA Di Swiss
22 Mei 2019
Show all

Hipertensi Penyebab Kematian, Ini Upaya dan Cara Pencegahannya.

Wartaperawat.com – Tingkat kewaspadaan terhadap penyakit tidak menular perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat.

Saat ini penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang.

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak dialami masyarakat dan hipertensi juga menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya.

“Hipertensi sekarang jadi masalah utama kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia, karena hipertensi ini merupakan salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke,” ucap Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI, dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes, pada Temu Media memperingati Hari Hipertensi Dunia 2019 di Gedung Kementerian Kesehatan RI, DKI Jakarta, Jum’at (17/5/2019).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi.

Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.

Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017 menyatakan tentang faktor risiko penyebab kematian prematur dan disabilitas di dunia berdasarkan angka Disability Adjusted Life Year’s (DAILYs) untuk semua kelompok umur.

Berdasarkan DAILYs tersebut, tiga faktor risiko tertinggi pada laki-laki yaitu merokok, peningkatan tekanan darah sistolik, dan peningkatan kadar gula. Sedangkan faktor risiko pada wanita yaitu peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan kadar gula darah dan IMT tinggi.

Dari data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima) pada semua umur.

Sementara berdasarkan data International Health Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia, penyebab kematian pada peringkat pertama disebabkan oleh Stroke, diikuti dengan Penyakit Jantung Iskemik, Diabetes, Tuberkulosa, Sirosis , Diare, PPOK, Alzheimer, Infeksi saluran napas bawah dan Gangguan Neonatal serta kecelakaan lalu lintas.

Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menyebutkan bahwa biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu pada tahun 2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun 2017 dan tahun 2018 sebesar 3 Triliun rupiah.

Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi.

Kerusakan organ target akibat komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.

Dokter dari Perhimpunan Hipertensi Indonesia Dr. Tunggul Situmorang SpPD-KGH,FINASIM mengatakan tekanan darah merupakan penyebab utama kematian di dunia tapi juga menjadi beban utama sehingga ini menjadi masalah global.

“Semua organ yang memiliki pembuluh darah akan dirusak oleh hipertensi seperti otak,” sebutnya.

Adapun organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer.

Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, obesitas, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stres.

Upaya yang telah dilakukan dalam pencegahan dan pengendalian Hipertensi diantaranya adalah meningkatkan promosi kesehatan melalui KIE dalam pengendalian Hipertensi dengan perilaku “CERDIK” dan “PATUH”; meningkatkan pencegahan dan pengendalian Hipertensi berbasis masyarakat dengan “Self Awareness” melalui pengukuran tekanan darah secara rutin; penguatan pelayanan kesehatan khususnya hipertensi.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti meningkatkan akses ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu pelayanan.

Salah satu upaya pencegahan komplikasi Hipertensi khususnya Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di FKTP melalui Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM, 5 yaitu Pemberdayaan masyarakat dalam deteksi dini dan monitoring faktor risiko hipertensi melalui Posbindu PTM yang diselenggarakan di masyarakat, di tempat kerja dan institusi.

Kementerian Kesehatan mengimbau agar semua pihak baik pemerintah, swasta maupun masyarakat agar:
a) Dapat berpartisipasi dan mendukung upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi.
b) Menerapkan Hidup Sehat yang dimulai dari keluarga,
c) Mengendalikan faktor risiko hipertensi dengan deteksi dini dan modifikasi gaya hidup dengan menerapkan perilaku CERDIK dan mengendalikan hipertensi dengan perilaku PATUH.

Pada peringatan Hari Hipertensi Dunia yang digelar setiap 17 Mei kali ini bertujuan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat bahwa hipertensi dapat dicegah dan diobati.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan yang penting adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran untuk cek kesehatan.

“Kita tumbuhkan kesadaran diri kita semua untuk melakukan cek kesehatan, melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala, dan mencegah serta mengendalikan hipertensi,” jelasnya.

Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah menyelenggarakan “Bulan Pengukuran Tekanan Darah” yang dimulai Mei – Juni 2019 bekerja sama dengan organisasi profesi seperti Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI), dan Perhimpunan Hipertensi Indonesia (PERHI), melaksanakan sosialisasi dan diseminasi informasi tentang Hipertensi melalui berbagai media cetak, elektronik, dan media tradisional serta pemasangan spanduk, umbul-umbul berisi pesan tentang hipertensi. (IM)

Sumber : Berita dan foto dari Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kemenkes RI.

 

 

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: