fbpx

252 PPIH Bidang Kesehatan Tahun 2024 Sukses Selesaikan Pelatihan di Ciloto

Kemenkes : Rakerkesnas Untuk Tingkatkan Sinergi Antar Lembaga Realisasikan Masyarakat Sehat
26 April 2024
Rakornis Kesehatan TNI Tahun 2024 : Pentingnya Peran Puskes TNI Hadapi Ancaman Non-Militer
29 April 2024
Show all

252 PPIH Bidang Kesehatan Tahun 2024 Sukses Selesaikan Pelatihan di Ciloto

Wartaperawat.com – Melalui berbagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di musim haji tahun 2024.

Sebanyak 252 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang kesehatan menyelesaikan telah pelatihan sebagai salah satu persiapan pelayanan jemaah haji di tanah suci tahun ini.

Kegiatan pelatihan PPIH bidang kesehatan diselenggarakan dua tahap, yakni kelas daring pada 1-4 April 2024 dan kelas klasikal di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Ciloto, Jawa Barat, 16-20 April 2024.

Penutupan kegiatan pelatihan PPIH bidang kesehatan ini dilakukan, Jumat (19/4/2024) lalu. Kegiatan penutupan pelatihan PPIH bidang kesehatan ini dihadiri oleh Kepala BBPK Ciloto, perwakilan dari Pusat Kesehatan Haji, perwakilan dari Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan, dan fasilitator pada pelatihan PPIH Bidang Kesehatan.

Dalam laporannya, Ketua Tim Kerja Pelatihan Teknis Program Kesehatan BBPK Ciloto Ani Anisah, mengatakan peserta yang mengikuti pelatihan PPIH bidang kesehatan tahun 2024 sebanyak 252 orang yang terbagi dalam sembilan kelas.

Namun, satu peserta dari tim kuratif preventif dokter tidak dapat hadir pada kelas klasikal karena terkendala administrasi penugasan sehingga peserta yang menuntaskan kelas daring dan klasikal sebanyak 252 orang.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Liliek Marhaendro Susilo, yang diwakili Ketua Tim Kerja Pemeriksaan Kesehatan Haji Muhamad Imran, berharap proses penyelenggaraan ibadah haji tahun 2024 lebih baik dari tahun sebelumnya. Ia menambahkan, bagi peserta pelatihan, kegiatan ini merupakan langkah awal untuk memberikan pelayanan di tanah suci.

Materi pelatihan yang diperoleh, baik melalui daring maupun klasikal, merupakan bekal awal yang dapat dikembangkan oleh PPIH bidang kesehatan. Pengembangan diperlukan karena pengalaman fasilitator yang diberikan selama pelatihan dapat berbeda dengan kondisi di lapangan saat musim haji tahun ini.

Muhamad Imran mengatakan bahwa segala hal yang diniatkan di tanah air akan dibuktikan ketika para petugas sampai di Arab Saudi.

“Paling penting, apa yang diniatkan sejak mendaftar sampai mengikuti proses pembekalan di Asrama Haji Pondok Gede dan BBPK Ciloto akan diuji di Arab Saudi, apakah dalam memberikan pelayanan dilakukan secara profesional kepada jamaah haji,” ucapnya.

Kepala BBPK Ciloto Sjamsul Ariffin dalam arahan sekaligus menutup acara tersebut, mengingatkan para peserta mengenai materi berbagi pengalaman oleh para fasilitator. Ia berharap para peserta yang akan menjadi petugas haji menjadikan pengalaman para fasilitator sebagai referensi baik referensi pengetahuan maupun referensi keterampilan.

“Tetapi, jangan lupa kita harus berani, berani menanggalkan, apabila situasinya berbeda dengan apa yang diceritakan sebelumnya,” kata dia.

Sjamsul mengatakan, PPIH harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan dengan situasi kondisi yang ditemui di lapangan. Sebab, komunitas yang dilayani berbeda dibandingkan penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya sehingga tantangannya dapat berbeda.

Menurut Sjamsul, peserta yang mengikuti pelatihan PPIH merupakan para profesional yang mempunyai otoritas untuk melakukan tindakan sesuai dengan profesinya. Ia berharap PPIH bidang kesehatan menggunakan otoritasnya saat di lapangan, dengan menyesuaikan pada kondisi perbekalan alat medis dan kondisi lingkungan.

Sjamsul menambahkan, penyesuaian kepada kedua kondisi itu akan membuat PPIH menjadi lebih rendah hati dalam melayani jemaah sebagai manusia seutuhnya, dan bukan sekadar melayani karena penugasan.

“Kegiatan di sana penuh ketidakpastian, kemampuan untuk belajar, untuk learn, unlearn, dan relearn itu harus mulai diasah dari sekarang. Bagaimana belajar dari pengalaman mulai mengasah menyisihkan waktu untuk merenungi, untuk mengambil makna pembelajaran atas apa yang terjadi dalam keseharian agar ketika sampai penugasan di Arab Saudi sudah terampil menggunakan kompetensi untuk learn, unlearn, dan relearn,” jelasnya. (IM)

 

Sumber : Berita & foto Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kemenkes RI

 

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: