fbpx

Zoominar Ke 219 : DPP PPNI Edukasikan Askep Lansia Di Masa Pandemi Covid-19

Mulai Hari Ini Pemerintah Berikan Vaksinasi Covid-19 Bagi Pekerja Publik
17 Februari 2021
Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Di Tanah Abang Jadi Pilot Project
19 Februari 2021
Show all

Zoominar Ke 219 : DPP PPNI Edukasikan Askep Lansia Di Masa Pandemi Covid-19

Wartaperawat.com – Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) masih tetap konsisten dalam memberikan ilmu pengetahuan bagi anggotanya di masa pandemi Covid-19.

Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah bersama Tim Penanganan Covid-19 DPP PPNI (Satgas Covid-19) telah banyak memberikan edukasi dan pemahaman melalui Daily Zoominar DPP PPNI, yang sudah memasuki episode ke 219.

Dengan menghadirkan narasumber Ni Made Riasmini dan Shintha Silaswati serta dipandu oleh moderator Yeti Resnayati, dalam materi Asuhan Keperawatan Lansia Di Masa Pandemi Covid-19.

“Topik lansia memang beberapa minggu terakhir ini menjadi perbincangan menarik, terutama pada saat diperbolehkannya atas dilaunchingnya vaksinasi Covid untuk lansia,” ucap Harif Fadhillah saat menjadi Keynote Speaker pada Zoominar ke 219, melalui kanal Youtube Bapena PPNI, Rabu (17/2/2021).

“Kita bersyukur bahwa program vaksinasi sudah berjalan di Indonesia, sementara di beberapa negara yang lain baru memulai vaksinasi bagi tenaga kesehatan, walaupun kita sudah mulai duluan, namun demikian kecepatan pemberian di kita tidak begitu cepat,” lanjutnya.

Harif Fadhillah mengatakan berdasarkan data yang diterimanya dari Menteri Kesehatan (Budi Gunadi sadikin), bahwa vaksinasi bagi tenaga kesehatan yang non lansia (umum) dari target 1,4 juta, sebenarnya sudah tercover dari target tersebut di bulan Februari ini, tetapi dikarenakan berbagai hambatan seperti komorbid, penyintas, hipertensi dan lainnya pada saat itu.

Diungkapkannya akibat hambatan itu, menjadikan masih tersisa sekitar 290 ribuan, dan berharap mudah-mudahan dapat segera tervaksinasi, sehingga targetnya dapat tercapai.

Dijelaskannya juga, sebenarnya bukan persoalan target performance dari pada pemerintahan, misalkan  Kementerian Kesehatan yang dibutuhkan, tetapi jumlah ini sangat menentukan juga untuk diakumulasikan dengan jumlah yang tercakup nantinya agar terdampak baik di masyarakat.

“Tentunya untuk mendapatkan angka lebih dari 70% semua orang tervaksin, hal itu akan menyebabkan terjadinya Herd Community, jadi selain vaksin ini untuk diri sendiri juga ternyata bermanfaat bagi masyarakat umum,” terang Harif Fadhillah.

Beberapa minggu yang lalu, dikatakannya, bahwa Pak Menkes merilis kondisi nakes disaat masa pelaksanaan vaksin Covid-19 berkaitan jumlah tenaga kesehatan yang terpapar sudah mulai berkurang.

“Oleh karena itu pada masa yang rentan ini perlu tambahanan proteksi berupa vaksin, sekali lagi saya tak pernah henti-hentinya menghimbau kepada kita semua untuk segera divaksinasi, hilangkan juga pandangan yang terkait politik dan sebagainya,” tuturnya.

Menurutnya, vaksinasi ini dilakukan semata-mata untuk bagaimana menyelesaikan pandemi yang sudah satu tahun dan kemungkinan juga merasakan kelehannya. Tentunya selain melalui vaksin, harus juga hidup sehat, mematuhi protokol kesehatan dan PPI (pencegahan dan pengendalian infeksi) di tempat kerja.

Sehubungan dengan lansia juga atas pelaksanaan vaksinasi yang sudah berjalan 2 minggu terakhir ini, diterangkannya, hal ini dilakukan dikarenakan lansia merupakan kelompok yang juga rentan. Dari sensus tahun 2020 bahwa lansia di Indonesia sekitar 28 juta orang, kalau survey tahun 2018 bahwa data anak ada 25 juta, jadi jumlah lansia itu cukup besar dan rentan sehingga perlu mendapatkan perhatian.

“Lansia ini sangat kaitannya dengan perubahan anatomi, psikologisnya, dan berbagai penyakit atau keadaan patologi sebagai akibat dari penuaan, serta faktor psikososial pada fungsi organnya, yang menimbulkan berbagai masalah,” katanya.

Dijelaskannya berdasarkan Harloeg, ada beberapa masalah yang dapat menyertai lansia, yaitu 1. Ketidakberdayaaan fisik, yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain., 2. Ketidakpastian ekonomi, biasanya dialami setelah pensiun atau purna bhakti, sehingga memerlukan perubahan total pada pola hidupnya., 3. Mencari teman baru untuk mendapatkannya, pada umumnya teman seumurnya sudah tiada, jadi perlu teman baru, itu salah satu adalah faktor sosiologinya., 4. Bagaimana harus dikembangkan, dikarenakan aktifitas baru untuk mengisi luang bertambah banyak., 5. Belajar memperlakukan anak-anak sebagai orang yang telah yang tumbuh dewasa.

Sementara itu penyampaian materi kali ini menurutnya, sebenarnya orientasi peran perawat sepertinya sangat tepat membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh para lansia.

“Oleh karena itu, standar yang dikembangkan oleh PPNI selalu kita ikutkan aspek-aspek selain aspek fisik. Kita tidak ingin menjadikan perawat itu hanya orientasi pada perawat fisik atau biologis saja, seharusnya bagaimana keperawatan fisikologis, sosialogis dan spiritual penting dikuasai apa lagi terkait pada lansia,” sebutnya.

Harif Fadhillah juga berharap agar lansia ini menjadi smart, sehat, mandiri, aktif dan produktif, serta hal ini yang harus dikembangkan.

Selain itu, lansia itu orang yang dituakan, tetapi juga lansia berperan menjadi agen perubahan, karena punya pengalaman hidup lebih panjang sehingga bagaimana dapat mengetahui perkembangan, baik itu fisik maupun biologis, agar klien lansia keseharian dapat diintervensi melalui kemampuan bagi perawat.

Pada kesempatan ini pula, Harif Fadhillah menghimbau kepada sesama perawat untuk menggunakan atau memanfaatkan fasilitas dari Satgas Penanganan Covid-19 BNPB berkaitan Bidang Perlindungan Nakes, melalui layanan Helpline Service 117 Ext 3, diperuntukkan bagi semua Tenaga Kesehatan yang memerlukan bantuan akibat infeksi Covid-19.

Diuraikannya, bahwa upaya ini dilaksanakan untuk mengurangi angka mortalitas dan angka mortilitas khusus tenaga kesehatan termasuk perawat agar dapat teratasi, dengan melalui perlindungan tenaga kesehatan atau memprioritaskan keselamatan dari tenaga kesehatan tersebut.

“Dengan adanya tindakan khusus dan segera, agar cepat membantu rekan nakes sehingga mudah terlayani, dan jangan terhambat memberikan sarana yang diperlukan, dengan melalui proses verifikasi terlebih dahulu agar benar-benar bantuan dirasakan, serta perlunya tindakan darurat yang cepat dan sangat penting untuk perlindungan tenaga kesehatan,” pungkas Harif Fadhillah. (IM)

 

Sumber foto : Screenshot Youtube Bapena PPNI

 

 

 

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: